29 Agustus 2016

Dari dilator ke intercourse (1)

Sesuai jadwal yang disarankan ginekolog, kami coba intercourse sesudah latihan dengan dilator yang paling besar. Kebetulan ukuran penis suami saya lebih besar dari dilator terbesar. Sempat saya tanyakan juga ke dokter, apa ukuran berpengaruh. Katanya ngga pengaruh kalau otot pelvic floor udah ngga kagetan.

Dikasih tips juga untuk intercourse pakai kondom dulu. Alasannya, permukaan kondom licin dan halus, mirip dilator. Gesekan jauh berkurang kalau pakai kondom dibanding tanpa kondom. Permukaan luar kondom juga wajib diolesi lubricant. Dan karena pakai kondom, harus water-based lubricant supaya ngga bikin kondom bocor. Saya sudah coba 2 merk lubricant, K-Y dan Durex Play. Dari 2 merk ini saya lebih suka Durex Play karena rasanya lebih halus dan ngga cepat kering.

Malam itu saya latihan pakai dilator lagi. Saya pakai beberapa ukuran dilator supaya lebih pede. Dari yang nomor 3, nomor 4, terus baru nomor 5. Sesudah semua lancar, tiba saatnya foreplay dan intercourse. Jreng jreng. Agak deg-degan. Dan ternyata, intercourse hari itu ngga semudah yang diharapkan. Hari itu gagal lagi. Sesudah coba beberapa kali, ereksi suami hilang dan ngga mau kembali lagi. Tapi kami ngga terlalu kecewa, seenggaknya udah coba lagi setelah lama.

Tiba-tiba saya baru inget... Ada saran dari dokter yang lupa kami ikutin soal posisi intercourse. Saluran vagina itu ngga lurus, tapi agak miring ke belakang, seperti di gambar ini:

Anatomi organ intim wanita dilihat dari samping (dari sumber ini)

Waktu itu kami coba missionary position, jadi suami ada di atas dan saya tidur terlentang. Tips dokter waktu itu, saya harus naruh taruh bantal di belakang pantat. Tujuannya supaya arah penetrasi ke vagina jadi lebih lurus dan lebih gampang masuknya.

Sepertinya juga ada masalah dengan ukuran kondom. Dari awal pasang kondom, suami mengeluh kalau kondomnya sempit banget. Yang dipakai waktu itu ukuran standar (52 mm). Mungkin hilangnya ereksi itu akibat dari kondom yang terlalu sempit.

Beberapa hari kemudian kami coba lagi, dengan kondom yang sesuai ukuran penis suami. Mirip sama sebelumnya, masih agak deg2an tapi lebih optimis. Satu dua kali coba, dan... tiba-tiba rasanya masuk. Wah beneran ngga yah? Dicoba dikeluarin lagi dan masukin lagi pelan-pelan. Beneran masuuuk. Seneng banget rasanya. Bisa penetrasi sesudah tahunan ngga pernah bisa itu rasanya ngga tergambarkan.

Cuma masih ada masalah. Pas suami bergerak maju dan mundur, saya mendadak ngerasa sakit lagi. Kalau geraknya pelan-pelan, kerasa sakit tapi masih bisa ditahan. Kalau geraknya cepat, wah perih banget, huhuhu.

Sabtu lalu kami konsultasi lagi sama ginekolog. Bu dokternya gaul banget. Waktu saya bilang udah bisa penetrasi, dia langsung ngajak cas alias high five, sampe kaget saya, hehehe. Abis itu kami konsultasi lagi soal masalahnya dan ada beberapa tips yang dia kasih. Tipsnya bagus-bagus dan mau kami coba.

Walaupun belum berhasil sepenuhnya, tapi udah ada perkembangan yang signifikan. Ini kami syukuri banget. Sedikit demi sedikit kami bisa lihat jalan keluar di depan. Dari ngga bisa masuk dilator jadi bisa masuk dilator. Dari ngga bisa penetrasi jadi bisa penetrasi. Harapannya nanti bisa menikmati intercourse tanpa rasa sakit. Semoga nantinya bisa ya.

Sekian sharing hari ini. Nanti saya update lagi kalau ada perkembangan berikutnya.

10 komentar:

  1. Hai sis. Lega rasanya tahu ada juga yg berhasil ic stelah sekian lama. Saya pun sama, stelah 4 tahun 11 bulan, kurang 1 bulan dr ulang thn pernikahan sy yg ke 5.
    Bersyukur qt dianugerahi suami yg sayang dan super sabar ya. Bedanya di tahun ke 3 walo blm bs ic sy hamil. Jdi skrg sy sdh merasa lengkap sbg seorang wanita stelah bs ic.
    Smoga mb juga segera diberi momongan dan semua wanita sperti qt menemukan jalan keluar dan tdk mudah menyerah ya.
    Sy tdk punya bakat menulis sperti mbak, jdi sy salut mb bs menambah referensi informasi utk wanita2 yg mengalami hal sm dg qt di luar sana. Semangat mb, semoga bs selalu bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mbak. Selamat ya sudah ada momongan dan berhasil ic. Saya ikut bahagia mbak sudah bisa melewatinya.

      Terima kasih untuk apresiasinya. Saya bersyukur kalau pengalaman kita bisa bermanfaat dan memberi semangat buat wanita2 yang mengalami hal yang sama.

      Hapus
    2. Membaca komentar mbak, saya sangat setuju mbak beruntung dianugrahi suami yang sayang dan super sabar.

      Saya ingin curhat pengalaman pahit yg saya harap ga terjadi pada pasangan suami istri lain. Suatu hari terbongkar kalau suami saya sudah 4 kali pijat plus-plus dan 2 kali berhubungan seks dengan pelacur. Waktu tau hal ini, saya berulang kali menyalahkan kondisi vaginismus yg saya alami. Prosesnya panjang dan sangat menyakitkan sampai akhirnya hubungan kami pelan-pelan bisa pulih. Dan saya belajar kalau vaginismus bukan alasan/pembenaran atas ketidaksetiaan suami.

      Pesan saya untuk para suami, jujur dan terbukalah pada istri. Jangan ada yang disembunyikan. Kalaupun itu menyakitkan, lebih baik terbuka daripada suatu hari terbongkar. Ini juga berlaku sebaliknya utk istri.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Selamat mba berhasil ic, saya mengalami hal yg sama dan masih berusaha sampai skrg. Kalau boleh saya minta nomor telp / wa. Pingin sharing n konsultasi. Thanks sebelumnya.

    BalasHapus
  4. Boleh saya minta info nama dokter kandungannya dan dimana beli dilatornya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba, saya juga vaginismus, Alhamdulillah sudah sembuh, skrg di bandung ada dokter yg bnr2 khusu menangani vaginismus, dr robbi spog, bisa liat ig vaginismusindonesia

      Hapus
    2. Bagaimana pengobatan yg dilakukan oleh dr robby? Apakah menggunakan obat atau teraphy?

      Hapus
  5. selamat ya, Mbak. Luar bias. Ada yang punya WA grup Vaginismus nggak, Mbak?Makasih sebelumnya

    BalasHapus
  6. Terimakasih mbak, karena mbak sudah mau sharing tentang vaginismus yang mbak alami. Dan banyak sekali ilmu yang bisa diambil karena mbak selalu menceritakan hasil konsul atau tips dari dokter mbak, karena tidak semua wanita bisa konsul ke dokter perihal vaginismus yg di deritanya dikarenakan keterbatasan uang atau daerah nya jauh dari dokter. Semoga mbak nggak pernah capek untuk berbagi, semoga mbak mendapat pahala dari Tuhan... oya, saya juga penderita vaginismus, sudah 3 tahun ini belum bisa IC dan belum bisa dilating karena belum ada dana untuk beli dilator..

    BalasHapus